Artikel

Image

Beruntungnya WIKA menemukan lokasi WIKASATRIAN

Pembangunan, tim WIKA mencari tanah lapang yang tak ditumbuhi pepohonan. Ketika membangun gedung toilet dekat kawasan perkemahan, bentuk atap gedung toilet tersebut dibuat miring menyesuaikan bentuk dahan-dahan pohon yang berada di dekatnya. Ini menunjukkan bahwa manusia yang menyesuaikan dengan alam, bukan sebaliknya. Inilah salah satu cara Wikasatrian memurnikan dan melestarikan alam di sekitarnya. Konservasi alam ini dilakukan dengan serius hingga dalam lima tahun terakhir hutan di Wikasatrian tumbuh semakin lebat. Tak hanya flora (tumbuhan), hal ini pun berdampak pada jenis fauna yang dapat ditemukan dalam areal hutan mini ini. Contohnya burung rajawali dapat terlihat melintas di atas langit Wikasatrian. Hutan pun memasok oksigen yang berkelimpahan kepada penghuni dan peserta didik yang dilatih di pusat kepemimpinan ini. Pakar arsitektur mengatakan betapa beruntungnya WIKA menemukan lokasi Wikasatrian ini. Kontur tanah yang dimiliki hampir tidak dimiliki oleh perusahaan lain. Wikasatrian juga diberkahi tumbuhan buah-buahan yang tumbuh subur. Bila beruntung, pengunjung yang datang pada masa panen akan disuguhi buah-buahan khas nusantara seperti durian, manggis, rambutan, duku, dan mangga, yang langsung dipanen dari habitat aslinya. Wikasatrian belajar tentang konservasi alam salah satunya dari Taman Nasional Ujung Kulon. Ketika berkunjung ke taman nasional di ujung barat pulau Jawa itu, Tonny Warsono belajar dari petugas WWF (World Wildlife Fund) tentang pengolahan hutan tanpa sentuh. Di sana, masih bisa ditemukan satwa-satwa liar termasuk satwa yang hampir punah. Hal ini karena ekosistem flora dan fauna dijaga seperti apa adanya, hampir tanpa sentuhan manusia.

    

Tanpa diketahui oleh manusia, di dalam hutan terdapat ekosistem tertutup yang menjaga kelangsungan hidupnya. Misalnya, apabila ada pohon yang tumbang, di balik kulit pohon tersebut terdapat serangga dan ulat yang merupakan makanan burung. Lalu burung dimakan ular, ular dimakan biawak, dan seterusnya. Ini adalah sebuah rantai makanan, sebuah ekosistem tertutup yang jarang diketahui manusia. Intervensi manusia bisa saja mengganggu ekosistem tersebut. Wikasatrian juga melestarikan berbagai jenis anggrek asli nusantara. Spesies-spesies anggrek ini endemik, artinya hanya ditemukan di suatu tempat tertentu dan tidak ditemukan di tempat lain. Sebagian juga hampir punah, seperti anggrek Belina dari Kalimantan dan anggrek hitam dari Papua. Di dalam kompleks Wikasatrian juga terdapat dua dari tiga jenis bunga yang merupakan bunga nasional. Bunga nasional adalah bunga yang dapat mewakili karakteristik sebuah bangsa dan negara. Ketiga spesies bunga yang ditetapkan sebagai bunga nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 4/1993 adalah bunga melati putih (Jasminum sambac) sebagai puspa bangsa, bunga anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) sebagai puspa pesona, dan bunga padma raksasa (Rafflesia arnoldi) sebagai puspa langka. Hanya Rafflesia Arnoldi yang masih menjadi harapan untuk dapat ditanam di kompleks Wikasatrian. Rafflesia Padma sedang diupayakan bisa menjadi koleksi berikutnya.

 

 

Untuk merealisasikan mimpi besar tersebut mulailah tim WIKA mencari tanah untuk membangun pusat kepemimpinan. Sesuai aspirasi dari para pemimpin WIKA pusat kepemimpinan ini akan dibangun di kawasan pegunungan dengan suasana yang asri. Pada bulan Oktober 2011 WIKA berhasil menemukan sebuah tanah seluas 10 hektar di desa Pasir Angin, Gadog Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tanah di lereng Gunung Geulis itu berada di ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Tempat yang masih asri dengan pepohonan yang rimbun ini dikelilingi oleh tiga gunung, yaitu Gunung Gede Pangrango, Gunung Salak, dan Gunung Geulis. Dalam proses kepemilikan tanah ini melalui kajian legal yang dipimpin oleh Gunawan dan Prihastuti FH dari bagian legal Wijaya Karya. Hingga kini para pamong dan cantrik maupun pengunjung masih sering mengagumi keindahan landscape yang dimiliki lokasi Wikasatrian ini. Lekuk-lekuk puncak Gunung Salak terlihat dengan jelas, di antara hamparan pemandangan hijau dan desa di sekitarnya. Setelah menemukan lokasi, selanjutnya WIKA melakukan pitching untuk mencari arsitek yang akan merancang bangunan-bangunan di dalam Wikasatrian. Pada waktu itu WIKA melalui anak perusahaannya WIKA Realty melakukan sayembara desain. Sayembara tersebut diikuti oleh enam arsitek senior Indonesia. Dipilihlah oleh Direksi dan GM desain yang digubah oleh Yu Sing, seorang arsitek yang berasal dari Bandung. Setelah berdiskusi bersama tim WIKA ditetapkanlah konsep bangunan yang merepresentasikan gunung untuk bangunan utamanya. Gunung dipilih sebagai pola dasar mengingat Indonesia dikenal sebagai negara cincin api – The Ring of Fire of Pacific Rim. Hasil desain arsitektur Giri Wijaya ini pada tahun 2015 meraih penghargaan Citation of Excellent Architectural Design Reflecting East Asian Identity, yaitu penghargaan tingkat ASEAN tentang bagaimana sebuah bangunan merepresentasikan budaya timur. Penghargaan ini diberikan oleh ASEAN Committee on Cultural and Information. Pengerjaan kompleks Wikasatrian dilakukan oleh WIKA Realty dengan supervisi dari GM Human Capital WIKA. Keunikan pembangunan Giri Wijaya antara lain terlihat dari pengerjaan sirip-sirip bangunan yang tidak ada satu pun yang sama. Hal ini membawa konsekuensi pengukuran bagian bangunan dilakukan bersamaan dengan pembangunan gedung. Giri Sasana sebagai ruang teater terbesar didesain tepat mengarah ke Gunung Salak dan untuk penetapannya dilakukan design on site. Arsitek mengukur dengan membayangkan dan mengangkat kedua tangannya. Inilah yang dimaksud mendesain dengan rasa. Dengan merasakan bagaimana sebuah gedung yang indah muncul di sini, bagaimana membuat lengkungan kaca yang tepat. Tiang-tiang penompang bangunan utama terbuat dari baja dan diangkat dengan metode kerja manual mengingat posisi tanah yang tidak memungkinkan untuk mengangkut alat berat modern ke ujung bukit. Pembangunan Giri Wijaya diselesaikan dalam waktu satu tahun. Peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 11 Maret 2012, selesai satu tahun kemudian dan diresmikan pada saat ulang tahun WIKA 11 Maret 2013.

  1. Image

    Aldi Prabowo

    Balas

    Wah webnya memberikan infomrasi yang kami perlukan

Isi tanggapan anda

*Alamat email anda akan disembunyikan.