Logo Wikasatrian
Logo Wikasatrian
Dimulai dari logo Wikasatrian yang ternyata sarat makna. Terdiri dari huruf W yang merupakan kepanjangan dari Wikasatrian ataupun bisa juga Wijaya Karya (WIKA), huruf W ini juga tampak seperti manusia yang sedang melayani. Tampak seperti manusia yang sedang mengangkat kedua tangannya seperti seorang pelayan yang membawa baki, logo ini melambangkan seorang pemimpin yang melayani. Di sisi lain logo Wikasatrian juga tampak seperti mahkota, dengan tiga titik di atas huruf W, yang melambangkan Ketuhanan, Kemanusiaan, dan Alam, yang merupakan tiga elemen yang tak terlepas dari model kepemimpinan nusantara Wikasatrian.
Model Kepemimpinan Berbasis Kearifan Lokal
Di saat hampir semua sistem termasuk teori kepemimpinan berkiblat ke Barat, WIKA justru mengambil jalan yang beda sendiri dan paradoks alias melawan arus. Selama bertahuntahun pola pikir dari negara barat telah memberikan pengaruh dalam penyelenggaraan berbagai sistem di berbagai bidang di seluruh dunia. Begitu juga di Indonesia, teori kepemimpinan yang diterapkan di korporasi dan instansi, kebanyakan berkiblat pada negara barat.
WIKA percaya bahwa dianut banyak negara, bukan berarti teori kepemimpinan barat lebih unggul. Terlebih pada waktu terjadinya krisis keuangan pada tahun 2008, terbukti bahwa negara-negara Asia seperti India, China dan Indonesia, lebih tahan dalam menghadapi krisis tersebut. Hal inilah yang membuat WIKA semakin mantap dalam menyusun sebuah model kepemimpinan yang khas Indonesia.
Bukan suatu kebetulan bila Wikasatrian dipenuhi simbol-simbol keindonesiaan dan kegiatan konservasi alam. Wikasatrian sebagai pusat pelatihan kepemimpinan bukan hanya sebuah tempat yang indah untuk melakukan pelatihan korporasi. Wikasatrian juga merancang sebuah model kepemimpinan yang dibuat se-Indonesia mungkin, dengan mengambil intisari kearifan lokal dari berbagai suku dan budaya di Indonesia.
Model kepemimpinan Nusantara ini dibangun berdasarkan riset akademis bersama PPM Manajemen dan kemudian Pusat Studi Pancasila Universitas Gajah Mada, dan akan dikembangkan terus melalui kajian-kajian ilmiah di masa mendatang. Pada tahun 2012 PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada melakukan kajian ilmiah berbentuk studi etnografis terhadap nilai-nilai kepemimpinan berbasis kearifan lokal di Indonesia. Riset ini menemukan, antara lain, terdapat tiga aspek yang selalu ada dalam kepemimpinan lokal, yakni ketuhanan, kemanusiaan, dan alam. Aspek ketuhanan berisikan konsepsi ketuhanan dan adanya kebenaran tentang ketuhanan. Aspek hubungan manusia dan sosial berisikan konsepsi hubungan antara manusia dengan kelompok sosialnya, etika-moral dan ekonomi atau pengelolaan mata pencahariannya. Aspek kealaman berisi tentang konsepsi dan kelestarian alam. Apabila ditelusuri lebih dalam pada kepemimpinan setiap etnik yang diteliti ditemukan adanya etika/moral pemimpin yang berbudi luhur yang memiliki keluhuran budi yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang dipimpinnya.
Wikasatrian menempatkan budi luhur sebagai pusat dari perilaku seorang pemimpin. Pemimpin berbudi luhur memiliki makna penghayatan tentang konsepsi pengosongan diri dari kebendaan, nafsu, dan kekuasaan.
Isi tanggapan anda